Sebagai
manusia kita kadang sok tahu takdir Tuhan; menebak-nebak arti mimpi, firasat,
atau pertanda lain. Terlepas dari terkadang ada benarnya terkadang tidak, masa
depan yang jadi misteri itu memang bagi sebagian orang bikin penasaran. Kepo pengin tahu banget kejadian besok,
lusa, minggu depan, tahun depan, bahkan akhir dunia. Saking keponya tak jarang ada yang minta
bantuan dukun, cenayang, paranormal atau paratidaknormal (terkadang ada dukun
yang lebih mirip orang gila, haha).
Ada
orang yang percaya ramalan tarrot, firasat (baik itu dari mimpi, atau
kejadian-kejadian tidak lazim, yang menurut film Rectoverso mah pertanda itu
ada karena manusia adalah bagian dari alam, pertanda-pertanda itu bentuk
komunikasi alami, yang semakin jarang disadari oleh manusia yang sekarang lupa
untuk mendengarkan itu) dan lain sebagainya.
Aku
sendiri termasuk orang yang penasaran tentang masa depan tapi tak mau pasrah
pada ramalan siapapun atau apapun. Bukankah yang merubah takdir itu adalah kita
sendiri awalnya? Kalau sedari awal kita percaya takdir kita seperti itu, bisa
jadi seperti itulah akhirnya takdir kita. Padahal bisa saja kemungkinan lain
yang terjadi.
Ehm,
percaya gak prolog sepanjang itu hanya untuk menceritakan kejadian ketika aku bersin?
Dan apa untungnya bersin itu kuceritakan?
OK,
OK, sebelum kalian muak dan mulai tak tahan untuk meninggalkan postingan ini
aku langsung ceritakan saja.
Suatu
pagi yang tenang saat semangat sekali mempersiapkan diri untuk menghadapi hari
baru (berdasarkan kalender pendidikan) aku merasakan sendiri bahwa ketika Tuhan
ingin melaksanakan kehendaknya tak butuh aba-aba atau peringatan apapun (meski
kadang ada orang yang bilang pasti ada pertanda).
Huatsyii…………………………..hhh!!
Aku
bersin sekencang-kencangnya, tak pernah aku bersin sedahsyat itu sampai bikin
seluruh tubuh merinding dan mengejang.
Mengejang?
O’ow!
Ada yang salah. Pinggangku… ada apa degan pinggangku? Kaku..
Padahal
aku sedang bersiap-siap untuk ke sekolah, padahal tinggal satu setengah jam
lagi masuk jam pertama. OK, aku mulai meredakan kepanikan, tertatih aku
menggapai tempat tidur, susah payah aku merebahkan tubuh ke tempat tidur karena
pinggang dan punggung yang kaku. Segera kucari-cari balsem otot, kupijit-pijit
sebisa-bisanya. Oh, Tuhan. Masa gara-gara bersin bisa jadi kaya gini?
Aku
berusaha bangun untuk mengecek apakah kondisi sudah semakin baik. Tapi seperti
ditusuk jarum pinggangku mengejang dan membuatku makin merinding. Segera
kurasakan tubuhku jadi panas dan nafas jadi sesak. Baiklah, aku harus
mengistirahatkan tubuhku dulu satu atau dua jam.
Tak
sadar aku pun tertidur dalam kondisi tengkurap. Karena untuk membalikan badan
saja rasanya seperti sebuah pekerjaan yang sangat berat. Dalam tidur itu aku
bermimpi, lebih tepatnya aku terbayang kejadian kemarin, ketika tanpa tedeng
aling-aling aku ditabrak seseorang dari belakang ketika sedang mengendarai
motor. Aku bangun dengan pertanyaan apakah itu sebenarnya firasat untuk
kejadian ini? Pikiran yang akhirnya sekarang membuatku hanya bisa tertawa. Tersadar,
satu untuk aku terlalu terpengauh film Rectoverso, kedua kejadian sakit
mendadak itu tidak separah yang kubayangkan akhirnya (hanya terbaring kaku
selama satu hari, hanya?).
Besoknya,
sambil mengumpat dan merabai punggung di kelas yang kepanasan pengaruh balsam
otot campur keringat (pernah ngerasain?) aku hanya bisa tersenyum. Satu senyum
syukur kedua senyum beruntung. Ha, apa bedanya?
Saat
akhirnya malam setelah kejadian dipijit, si tukang pijit bilang katanya hanya
keseleo urat kecil. Aku bersyukur, untung hanya urat kecil, coba kalu urat yang
gede? Urat kecil aja segitu dahsyat efeknya, sampe merubah susunan urat yang
lain (sampe diurut seluruh tubuh, dibenerin tata letak uratnya, haha) apalagi
yang gede? Jadi mikir juga, itu semua hanya disebabkan oleh bersin?
Beruntung,
karena jadi berpikir tetang teori kebetulan, bahwa di dunia ini tidak ada yang
kebetulan aku setuju, satu kejadian kecil bisa menyebabkan kejadian lain.
Kuingat-ingat beberapa minggu ke belakang kerjaanku menyusuri kampung pelosok
dengan kondisi jalan yang parah, sering memikul ransel yang berat, tidur
jarang, makan seenaknya, jarang olahraga. Berarti, itu bukan karena bersin.
Bersin akhirnya hanya menjadi sebab lainnya sakitku itu, bukan satu-satunya
sebab.
Beruntung,
karena aku berpikir Tuhan memperlakukanku dengan cara spesial. Setelah bisul,
sakit yang ini juga termasuk penyakit langka dan gak gaul kalau menurut
teman-temanku. Haha. Karena secara fisik keseluruhan aku seperti orang sehat,
tapi gak bisa bebas bergerak.
Beruntung,
karena aku kembali mendapat pelajaran bahwa Tuhan pasti akan selalu memberikan
apa yang kita butuhkan bukan (harus selalu) yang kita inginkan. Cobaan seperti
ini setelah dipikir-pikir aku butuhkan untuk menata ritme hidupku secara lebih
teratur dan sehat.
Jadi,
kembali ke masalah firasat dan pertanda, daripada pusing-pusing membayangkan
tentang hal itu mending menjalani hidup dengan ikhlas dan bahagia karena
seusungguhnya Tuhan itu Maha Pengertian. Yang harus kita lakukan bukan meminta,
tapi mengerti apa definisi pengertian itu.
Mudah-mudahan
pelajaran ini akan selalu membekas, tidak harus menunggu peringatan lain. Ngeri
ngebayanginnya, he. Gitu, aja deh. Daripada lama-lama kaya orang ceramah. :)
Ditulis bukan dengan
maksud menggurui, hanya mencoba mengisi waktu yang terasa panjang ketika tidak
bisa bergerak bebas tetapi tetap mencoba berpikri positif. :)
Image by : http://cdn.cultofandroid.com/wp-content/uploads/2012/04/shock.jpg
Image by : http://cdn.cultofandroid.com/wp-content/uploads/2012/04/shock.jpg
No comments:
Post a Comment