Tapi
siapa aku?
Bahkan
belum mengantongi es satu.
Ini
resah yang dulu-dulu.
Tapi
seperti debu, yang meski tak rela,
Angin
tetap kejam membawanya jauh.
Untung
saja kakiku terlanjur meneduh,
Meski
di bawah pohon yang seperti hendak rubuh.
Entah,
apa buahnya cukup memberiku bekal,
Untuk
menempa diri dalam kenikmatan intelektual.