Sunday, September 29, 2013

Di Antara Sejuta ‘Ah!’



Ini desah ke seribu,
Tapi siapa aku?
Bahkan belum mengantongi es satu.

Ini resah yang dulu-dulu.
Tapi seperti debu, yang meski tak rela,
Angin tetap kejam membawanya jauh.

Untung saja kakiku terlanjur meneduh,
Meski di bawah pohon yang seperti hendak rubuh.
Entah, apa buahnya cukup memberiku bekal,
Untuk menempa diri dalam kenikmatan intelektual.

Negeri 1001 Kilobyte



    Negeriku ini isinya hanya orang-orang bodoh. Alih-alih mencari tahu cara menggunakan kesempatan, malah sibuk mencari hiburan. Sepotong haha saja bisa membuat lupa dirinya sedang dimana. Dan ketika hiburan semakin garing, mencari domba lain untuk diadu atau bahkan dengan suka rela mengajukan diri sebagai rival. Pikun sudah dirinya hendak kemana.
            Kalau begini, entah lebih baik berpihak kemana. Kepada aktivis yang rabun dan bermental tipis, atau kaum proletar yang bahkan tak mengerti apa definisi pintar. Di sini akal benar-benar seperti dimuseumkan, dan nurani tergantung pada siapa yang memuhasabahi.
            “Kamu sedang apa?”
            “Hah?”
            “Dari tadi kamu saya panggil diam terus, ngelamun kamu ya?”
            “Hah!?”

Wednesday, September 4, 2013

Tema 2 : Dia


Dia?
           Tak butuh waktu lama bagiku untuk bisa dekat dengannya. Senyumku nyaris menyerangnya bertubi-tubi kapan saja kami bertemu. Dan dia hanya tersipu malu dan tak punya alasan untuk tak dekat denganku, sang Ketua OSIS yang terkenal kemana-mana karena ‘keramahannya’.
            Aku tak pernah nyaman dipanggil playboy tapi aku tak berusaha menyangkal karena toh aku gak merasa. Tapi aku bisa dengan mudah dekat dengan siapa saja, terutama kaum hawa. Dan tanpa sadar banyak diantara mereka banyak yang salah mengartikan arti pendekatanku. Bukan salah mereka kalau tiba-tiba merasakan perasaan yang berbeda ketika diperhatikan olehku. Bukan salahku juga membuat mereka menanam berjuta harapan yang ternyata akan berujung semu.

Tema 1 : Tiba-Tiba Cinta Datang Kepadaku

Beku
           Kyaaa! Kapan sih di kota ini bisa serba cepat? Sekalinya gak macet malah susah banget dapetin angkutan umum. Mana satu jam lagi masuk kerja, padahal masih harus dua kali lagi naik angkutan umum.
            Aku masih ngedumel dalam hati ketika seorang perempuan melangkah dengan anggun dari dalam busway dari arah barusan aku turun juga. Aku tak terlalu memperhatikan, tidak tertarik. Jam tangan dan pintu halte busway sebelah kiri lebih seksi untuk kupletoptin saat ini. Kuraba HP, berharap ada SMS atau apalah sekedar penghilang setress, sial, disaat dibutuhkan tak ada satupun. Kulirik bukuku, tapi baru saja membaca satu kalimat teringat wajah bos yang akan murka apabila aku terlambat.  Damn!