Thursday, July 11, 2013

Ngamen Sih ngamen, Sabar Dong Men!


Aku sedang gelendotan ‘manja’ pada pegangan bus, tidur-tidur ayam ketika ujung kupingku menangkap keributan agak di depan sana.
Alamak, apa yang terjadi?!
Halah.
Aku tak menangkap jelas percakapan dua insan yang ditakdirkan hidup bersama itu. (Hehe, makin ngaco dah). Jadi, mereka itu sedang adu mulut!
O’ow! Bukan! Bukan, adu mulut secara harfiah, hihihi 3J, ya mereka berantem. Dan yang saya sebut mereka itu adalah penumpang bus dan pengamen, yang jika melihat gelagat pengamen itu yang kini mendekat ke arahku, menyodorkan bungkus permen dengan tatapan galak, dan aku shock dan gak siap hingga akhirnya hanya bisa menggeleng, lalu si pengamen berlalu dengan bersungut-sungut, aku tahu bahwa ini adalah masalah klasik antara penumpang dan pengamen.

Fiuh! Lega, pengamen itu akhirnya berlalu, padahal di kepalaku baru saja berkelebatan adegan serem lain dengan berbagai macam pengamen yang sarkastis.
Sebagai penyuka bus, (dih, gak enak amat bahasanya). Sebagai orang yang kalau bepergian lebih sering pake bus yang rata-rata kelas ekonomi, sekalipun AC paling juga busway yang tetap saja ekonomis itu, aku sering memperhatikan para pengamen dengan segala keunikannya. Baik secara langsung ataupun via online. Halah.
Dan menurutku, sekali lagi menurutku ya, pengamen itu bisa dikategorikan ke dalam beberapa tipe.
  1. Pengamen yang bernyanyi dari hati
Pernah dong denger pengamen yang nanyinya kedengeran merdu banget, dan beres nyanyi walaupun yang ngasih recehan cuma dikit, dia tetap tersenyum. Kalo udah gitu kadang-kadang saya suka mikir, dia itu adalah ternyata anak orang kaya yang pengen ngerasain ngamen atau dia merasa terlahir sebagai seorang seniman. Atau mungkin dia orang tidak beres yang merasa bus sebagai panggung tempat konser tunggalnya?
  1. Pengamen yang bernyanyi hati-hati
Entah baru atau amatiran, ada juga pengamen yang nyanyi seolah-olah terpaksa dan malu-malu. Kalau udah gini namanya nyanyi enggan diem gak mau. Heuheu.
  1. Pengamen yang bernyanyi takut mati
Nah ini dia pengamen yang agak serem, karena bikin bulu kuduk merinding. Bukan karena dia merintih-rintih, tapi dia menggunakan berbagai cara untuk membuat pendengarnya iba lalu menghujaninya dengan receh. Seperti dengan menggendong anak kecil sambil seolah-olah menahan tangis, memperlihatkan anggota tubuh yang cacat atau kurang normal (maaf), atau tiba-tiba mematahkan leher di akhir lagu. Hehe, yang terakhir ini cuman lamunan ngelanutur saya aja, jangan kepikiran untuk dicoba. Yang jelas pengamen tipe ini niat banget dah nyari duitnya, takut banget kalo sampe gak dapat recehan, rejeki penyambung hidupnya.
  1. Pengamen yang bernyanyi kaya mau mati
Ada juga pengamen yang nyanyinya tereak-tereak, dan mintain recehannya juga sambil tereak-tereak. Untung aja yang dimintainnya gak ngasih sambil tereak-terak juga. Bisa jadi dikira lagi tawuran antar RT itu di bus.
  1. Pengamen yang bernyanyi bikin orang pingin mati
Bukan orang yang kalo ngamen terus ngancam sebenarnya yang bikin pendengarnya pengen mati aja, tapi pengamen yang doyannya nyanyi lagu galau, di saat penumpang yang dengerin sedang galau. Aku… hiks, rasanya… hiks, tak pantas, hiks, hanya memberikan recehan ini… hiks.. padamu… HUAAAAAAAAAAAAAAAA!
  1. Pengamen yang gak ada matinya.
Pengamen bukan seniman. What? Yang bilang pengamen bukan seniman siapa? Siapa coba yang bilang gitu? Ya deh ya deh saya ngaku, saya yang bilang barusan. Hohoho.
Pengamen itu kadang gak kalah cerdik sama seniman. Ada pengamen yang dulunya mungkin aktivis atau keturunan pejuang kemerdekaan yang kalau ngamen nyanyiin lagu-lagunya Iwan Fals atau lagu-lagu ciptaannya sendiri yang penuh sindirian terhadap Pemerintah atau setipe lagu Ebieth yang mengajak bermuhasabah tentang kehidupan.
Ada juga pengamen yang sadar punya kualitas vocal yang bagus kalau nyanyi dinikmatin banget atau dilengkapi peralatan lain yang bikin vokalnya terdengar makin enak aja. Dan kadang sambil interaktif menyelipkan dialog lucu dalam lagu-lagu ciptaannya sampe kedengeran kaya lagi ngobrol. Lain lagi sama pengamen yang nyadar dengan kekurangannya tapi dia memanfaatkan kelebihan lain, yaitu ide cemerlang. Dia sadar dia gak bisa nyanyi, fals sangat kalau nyanyi tapi dia mengakalinya untuk melebih-lebihkan kebobrokan cara nyanyinya atau pake logat dan cara ngomong yang aneh (ini entah asli atau emang tiruan seperti kecurigaan saya, hohoho) hingga membuat pendengar mesem-mesem bahkan ngakak dalam hati. Hihiihi.
Well, kalau ada yang gak setuju dengan postingan ini silahkan komentar dengan terhormat, karena saya maklum koq kalau ada yang gak terima, karena mungkin aja Anda salah satu pengamen yang saya maksud. J
Yang jelas, di atas segalanya, saya bangga terhadap pengamen sodara-sodara. Dia terlalu malu terhadap harga diri sendiri untuk mengemis.
Tapi setelah saya pikir (dari tadi kebanyakan mikir kaya orang bener, heu), ternyata saya juga lebih bangga terhadap pengemis daripada pada orang yang sok-sokan paling banyak memberi. Bukan, bukan pada orang sombong yang pamer kalo ngasih-ngasih. Tapi pada orang yang punya kuasa terhadap hajat hidup orang banyak, eh tapi dia tanpa permisi tanpa basa-basi jatah kesejahteraan hidup orang banyak itu dia pangkas tanpa beban. Beuh, ther lha lhu!

Mudah-mudahan kita tidak menjadi orang yang seperti itu ya jama’ah. Lho?


Photo : Doc. Pribadi

No comments:

Post a Comment