Aku sedang
gelendotan ‘manja’ pada pegangan bus, tidur-tidur ayam ketika ujung kupingku
menangkap keributan agak di depan sana.
Alamak, apa
yang terjadi?!
Halah.
Aku tak
menangkap jelas percakapan dua insan yang ditakdirkan hidup bersama itu. (Hehe,
makin ngaco dah). Jadi, mereka itu sedang adu mulut!
O’ow!
Bukan! Bukan, adu mulut secara harfiah, hihihi 3J, ya mereka berantem. Dan yang saya sebut mereka itu
adalah penumpang bus dan pengamen, yang jika melihat gelagat pengamen itu yang
kini mendekat ke arahku, menyodorkan bungkus permen dengan tatapan galak, dan
aku shock dan gak siap hingga
akhirnya hanya bisa menggeleng, lalu si pengamen berlalu dengan
bersungut-sungut, aku tahu bahwa ini adalah masalah klasik antara penumpang dan
pengamen.
Fiuh! Lega,
pengamen itu akhirnya berlalu, padahal di kepalaku baru saja berkelebatan
adegan serem lain dengan berbagai macam pengamen yang sarkastis.
Sebagai
penyuka bus, (dih, gak enak amat bahasanya). Sebagai orang yang kalau bepergian
lebih sering pake bus yang rata-rata kelas ekonomi, sekalipun AC paling juga busway yang tetap saja ekonomis itu, aku
sering memperhatikan para pengamen dengan segala keunikannya. Baik secara
langsung ataupun via online. Halah.
Dan
menurutku, sekali lagi menurutku ya, pengamen itu bisa dikategorikan ke dalam
beberapa tipe.
- Pengamen
yang bernyanyi dari hati
Pernah
dong denger pengamen yang nanyinya kedengeran merdu banget, dan beres nyanyi
walaupun yang ngasih recehan cuma dikit, dia tetap tersenyum. Kalo udah gitu kadang-kadang
saya suka mikir, dia itu adalah ternyata anak orang kaya yang pengen ngerasain
ngamen atau dia merasa terlahir sebagai seorang seniman. Atau mungkin dia orang
tidak beres yang merasa bus sebagai
panggung tempat konser tunggalnya?
- Pengamen
yang bernyanyi hati-hati
Entah
baru atau amatiran, ada juga pengamen yang nyanyi seolah-olah terpaksa dan
malu-malu. Kalau udah gini namanya nyanyi enggan diem gak mau. Heuheu.
- Pengamen
yang bernyanyi takut mati
Nah
ini dia pengamen yang agak serem, karena bikin bulu kuduk merinding. Bukan
karena dia merintih-rintih, tapi dia menggunakan berbagai cara untuk membuat
pendengarnya iba lalu menghujaninya dengan receh. Seperti dengan menggendong
anak kecil sambil seolah-olah menahan tangis, memperlihatkan anggota tubuh yang
cacat atau kurang normal (maaf), atau tiba-tiba mematahkan leher di akhir lagu.
Hehe, yang terakhir ini cuman lamunan ngelanutur saya aja, jangan kepikiran
untuk dicoba. Yang jelas pengamen tipe ini niat banget dah nyari duitnya, takut
banget kalo sampe gak dapat recehan, rejeki penyambung hidupnya.
- Pengamen
yang bernyanyi kaya mau mati
Ada
juga pengamen yang nyanyinya tereak-tereak, dan mintain recehannya juga sambil
tereak-tereak. Untung aja yang dimintainnya gak ngasih sambil tereak-terak
juga. Bisa jadi dikira lagi tawuran antar RT itu di bus.
- Pengamen
yang bernyanyi bikin orang pingin mati
Bukan
orang yang kalo ngamen terus ngancam sebenarnya yang bikin pendengarnya pengen
mati aja, tapi pengamen yang doyannya nyanyi lagu galau, di saat penumpang yang
dengerin sedang galau. Aku… hiks, rasanya… hiks, tak pantas, hiks, hanya
memberikan recehan ini… hiks.. padamu… HUAAAAAAAAAAAAAAAA!
- Pengamen
yang gak ada matinya.
Pengamen
bukan seniman. What? Yang bilang pengamen bukan seniman siapa? Siapa coba yang
bilang gitu? Ya deh ya deh saya ngaku, saya yang bilang barusan. Hohoho.
Pengamen
itu kadang gak kalah cerdik sama seniman. Ada pengamen yang dulunya mungkin
aktivis atau keturunan pejuang kemerdekaan yang kalau ngamen nyanyiin lagu-lagunya
Iwan Fals atau lagu-lagu ciptaannya sendiri yang penuh sindirian terhadap
Pemerintah atau setipe lagu Ebieth yang mengajak bermuhasabah tentang
kehidupan.
Ada
juga pengamen yang sadar punya kualitas vocal yang bagus kalau nyanyi
dinikmatin banget atau dilengkapi peralatan lain yang bikin vokalnya terdengar
makin enak aja. Dan kadang sambil interaktif menyelipkan dialog lucu dalam
lagu-lagu ciptaannya sampe kedengeran kaya lagi ngobrol. Lain lagi sama
pengamen yang nyadar dengan kekurangannya tapi dia memanfaatkan kelebihan lain,
yaitu ide cemerlang. Dia sadar dia gak bisa nyanyi, fals sangat kalau nyanyi
tapi dia mengakalinya untuk melebih-lebihkan kebobrokan cara nyanyinya atau
pake logat dan cara ngomong yang aneh (ini entah asli atau emang tiruan seperti
kecurigaan saya, hohoho) hingga membuat pendengar mesem-mesem bahkan ngakak
dalam hati. Hihiihi.
Well, kalau
ada yang gak setuju dengan postingan ini silahkan komentar dengan terhormat,
karena saya maklum koq kalau ada yang gak terima, karena mungkin aja Anda salah
satu pengamen yang saya maksud. J
Yang jelas,
di atas segalanya, saya bangga terhadap pengamen sodara-sodara. Dia terlalu
malu terhadap harga diri sendiri untuk mengemis.
Tapi setelah
saya pikir (dari tadi kebanyakan mikir kaya orang bener, heu), ternyata saya
juga lebih bangga terhadap pengemis daripada pada orang yang sok-sokan paling
banyak memberi. Bukan, bukan pada orang sombong yang pamer kalo ngasih-ngasih.
Tapi pada orang yang punya kuasa terhadap hajat hidup orang banyak, eh tapi dia
tanpa permisi tanpa basa-basi jatah kesejahteraan hidup orang banyak itu dia
pangkas tanpa beban. Beuh, ther lha lhu!
Mudah-mudahan
kita tidak menjadi orang yang seperti itu ya jama’ah. Lho?
Photo : Doc. Pribadi
No comments:
Post a Comment