Sunday, December 23, 2012
Thursday, December 20, 2012
In Memoriam with VJ Vicky
Pagi itu tiba-tiba saja kita sudah
kembali asyik berdiskusi. Padahal tak seperti biasanya, malam itu kau terlihat
tak bergairah untuk berdisusi kembali bahkan untuk sekedar mengomentari
kesialanku yang nyasar sampai ke terminal Merak (karena ketiduran) saat hendak datang
ke tempat nongkrong kita seperti biasa jika akan ada acara di Cilegon.
Oya, aku baru ingat rupanya
pertanyaan spontan Rizky Destriane dan jawaban tak siapku karena terus didesak
olehnya membuatmu tak kuasa juga untuk tetap stay cool (yang bukan
kebiasaanmu itu).
Perempuan; Berhentilah Emansipasi !
Suatu sore di halte busway aku
terburu untuk segera masuk antrian demi bisa naik sebuah armada busway yang
sudah terlihat di kejauhan.
“Mas, mas, antrian pria di sebelah
sana!” seorang perempuan menegurku. Dan aku malah bengong alih-alih bilang terimakasih karena sudah
mengingatkankanku, pertama untuk betapa pelupanya aku bahwa sudah lama menjadi
aturan bahwa tempat duduk busway di bagian depan adalah tempat duduk perempuan.
Kedua, di antrian belakang ‘khusus lelaki’ itu banyak perempuan juga yang
sedang mengantri. Kenapa tidak ada yang mengingatkan mereka untuk mengantri di
jalur yang benar?
Beberapa hari kemudian, aku dengan
santai kembali sedang antri naik busway, kali ini ‘di jalur yang benar’. Aku
tenang saja menunggu meskipun sudah sepuluh menit busway yang kutunggui tak
juga datang, karena hari itu cuaca lumayan adem, dan aku sedang memgang buku
lucu yang baru saja ku beli. Tiba-tiba saja di sebelahku muncul seorang
perempuan yang dengan cueknya antri di antrian ‘khusus pria’.
Monday, December 3, 2012
Sampah
Ada
yang pernah berpikir gak kalau saja di dunia ini tidak ada benda yang bernama sampah?
Mungkin bagi sebagian orang pertanyaan ini terkesan mengada-ngada atau
anti-kemapanan (haha pengandaian yang aneh ya?)
Tuesday, November 20, 2012
Mirip #1
Kalo dipikir-pikir, dengan jumlah manusia yang miliaran di dunia ini, yang tersebar di semua benua, meski terbagi ke dalam berbagai ras, dan ada yang terlahir dari blasteran atau murni campuran (he, sama aja ya dengan blasteran) maksudnya berdarah murni rasnya, dan.. aku mulai gak ngerti mau nulis apa.. :D
Intinya
maksudku dengan jumlah manusia yang miliaran itu, jadi wajar dong jika banyak
di antara kita yang mirip! Kenapa ya? Padahal Tuhan kan Maha Kuasa dan Maha
Kreatif?
Monday, October 15, 2012
Anfika: One Step Faster
Gak disangka,
ponakan imut-tapi agresif ku yang satu ini adalah seorang fast learner. Ya, setelah diajarin bagaimana cara meminta uang yang
diserapnya dengan cepat, dipraktekan dan akhirnya jadi kebiasannya yang ‘tidak
biasa’, beberapa pelajaran lain tampakanya diserap dengan cepat. Seperti
kemarin ku ajarin ‘tos’ (tahukan tos? Itu loh, gerakan saling menepukan telapak
tangan, ya itu, hehe), waktu ku bilang give
me five, dia langsung tanggap dan kami akhirnya melakukannya berulang-ulang
di berbagai kesempatan (he, kaya apa aja).
Anfika; Sun Sayonara
Finally, I can see u again, Anfika! And look, kamu udah bisa jalan, makin cerewet, makin mata duitan, hahe.
But, sayang, segala tugas, tanggungjawab, kepentingan, urusan or whatever it called, membuatku tak sempat berlama-lama denganmu.
Anfika; Hey Cowok, Ku Godain Ya?
Laganya belakangan ini semakin membuat geleng-geleng kepala. Sebenarnya Anfika belum fasih melafalkan satu kata pun, tapi tetep aja berisik, jerit-jerit gak jelas saat mencari perhatian. Apalagi mencari perhatian dari lawan jenis, alias cowok!
Bermula pada saat pandangan pertamanya pada seorang ‘pemuda’ berusia beberapa tahun di atasnya. Namanya Eka, seorang pemuda anak tetangga, yang sikap coolnya bikin cewek-cewek gak nahan, termasuk Anfika.
Anfika; Gigi Kelinci Pemusnah Massal
“Anfika!”
“Ap-pa…”
“Ada yang baru nih!”
Lalu kusodorkan jambu biji mungil empuk kesukaannya, yang langsung didekatkannya ke mulut mungilnya. Digigit, dikunyah dengan muka serius. Sementara keponakanku yang lain, ibunya Anfika, ibunya ibu Anfika (I mean neneknya, he), bibinya, beserta fansnya yang lain tertawa gemas mendengarnya mengucapkan ‘ap-pa’ dan tingkah lucunya itu.
“Anfika, sini!”
“Sini Anfika….”
“Sini sama bibi” keponakanku yang masih SD tapi bongsor itu berhasil memenangkan perhatian Rahma alias Anfika. Memang agak aneh, Anfika sering lengket banget sama keponakanku yang satu itu, bahkan terkadang saat dia disuruh memilih untuk digendong sama emaknya atau sama dia, Anfika memilih dia.
“Pok ipok ame-ame, belalang kupu-kupu”. Sekarang giliran neneknya yang kini berhasil mencuri perhatian Anfika, dalam gendongan bibi favoritnya itu, Anfika melonjak-lonjak, tepuk-tepuk, sambil tersenyum lebar menunjukkan dua buah gigi kelinci pemusnah massal!
***
Anfika; Money, Money, Money
Kenapa?
Teringat iklan dengar nama Anfika?
*hehe itu Afika kali.
Anfika yang ini atau lengkapnya Anfika Rahma Cahyadi keponakanku yang baru berusia sembilan bulan, lagi lucu-lucunya.
Belum bisa berdiri, baru bisa bilang ‘bap-bap, bem’, dan menggoyang-goyang tangan sambil bilang
‘tatah’ atau ‘ayou’, maksudnya dadah dan halo, dengan senyum lebar menunjukkan giginya yang tidak
rata.
Badannya montok, senyumnya menawan, lirikan matanya aduhai, lho? Ya seperti itulah. Sayang rambutnya ‘jabrik’, sampe kalo emaknya lupa makein anting orang-orang yang melihatnya bilang ‘kasep amat’ (ganteng banget; Sunda Banten kalo Sunda Bandung kasep pingsan eh pisan, hehe).
Subscribe to:
Posts (Atom)