Biasanya ketika turun dari bus, aku langsung
dikerubutin para ojeggers (hehe, istilah yang aneh untuk tukang ojeg)
dengan segala senyum manis penuh rayuannya. Ada yang sok kenal, sok paling tahu
tempat tujuanku, sok baek bawain barang. Namun semua senyum manis mereka itu
biasanya menguap begitu saja ketika aku dengan santai bilang “dijemput”.
Beberapa
ojeggers hafal kebiasaanku ini (diantar-jemput ke tempat nunggu bus ato
angkutan lain oleh kakakku). Jadi mereka tidak cukup bodoh untuk menawarkan
jasa antarnya. Meskipun sebagian ekspresi wajahnya tetap menampakkan wajah
ngarep. Beuuh.
Tapi,
kegigihan para ojeggers ini memang patut diacungi jari tengah. Ups, I
mean jempol! Haha.
Untuk urusan upselling
mereka nomor satu. Gigih dan selalu bisa membaca situasi. Mereka hafal, jika
aku berjalan gontai apalagi bukan habis turun dari bus, mereka mengartikan aku
tidak dijemput. Dan itu tepat. Maka jika tahu begitu, mereka beramai-ramai memperebutkan
aku kembali layaknya puteri hadiah sayembara. Hahahaha (pengandaian yang aneh).
Hehe,
udah deh, daripada aku melantur kemana-mana, langsung aja ke inti ceritanya. Jadi
barusan, aku heran koq antusiasme para ojeggers itu tak seheboh biasanya.
Usut punya usut, ternyata beberapa di antara mereka sedang sibuk teleponan, ada
juga yang sedang mengoperasikan HP, entah sedang apa. Set dah, jangan-jangan
bentar lagi mereka pada pensiun jadi ojeg, karena merasa cukup menjadi ojeg di game
online. Haha.