Monday, October 15, 2012

Anfika: One Step Faster



Gak disangka, ponakan imut-tapi agresif ku yang satu ini adalah seorang fast learner. Ya, setelah diajarin bagaimana cara meminta uang yang diserapnya dengan cepat, dipraktekan dan akhirnya jadi kebiasannya yang ‘tidak biasa’, beberapa pelajaran lain tampakanya diserap dengan cepat. Seperti kemarin ku ajarin ‘tos’ (tahukan tos? Itu loh, gerakan saling menepukan telapak tangan, ya itu, hehe), waktu ku bilang give me five, dia langsung tanggap dan kami akhirnya melakukannya berulang-ulang di berbagai kesempatan (he, kaya apa aja).

Anfika; Sun Sayonara


Finally, I can see u again, Anfika! And look, kamu udah bisa jalan, makin cerewet, makin mata duitan, hahe.
But, sayang, segala tugas, tanggungjawab, kepentingan, urusan or whatever it called, membuatku tak sempat berlama-lama denganmu.

Anfika; Hey Cowok, Ku Godain Ya?



Laganya belakangan ini semakin membuat geleng-geleng kepala. Sebenarnya Anfika belum fasih melafalkan satu kata pun, tapi tetep aja berisik, jerit-jerit gak jelas saat mencari perhatian. Apalagi mencari perhatian dari lawan jenis, alias cowok!
Bermula pada saat pandangan pertamanya pada seorang ‘pemuda’ berusia beberapa tahun di atasnya. Namanya Eka, seorang pemuda anak tetangga, yang sikap coolnya bikin cewek-cewek gak nahan, termasuk Anfika.

Anfika; Gigi Kelinci Pemusnah Massal



“Anfika!”
“Ap-pa…”
“Ada yang baru nih!”
Lalu kusodorkan jambu biji mungil empuk kesukaannya, yang langsung didekatkannya ke mulut mungilnya. Digigit, dikunyah dengan muka serius. Sementara keponakanku yang lain, ibunya Anfika, ibunya ibu Anfika (I mean neneknya, he), bibinya, beserta fansnya yang lain tertawa gemas mendengarnya mengucapkan ‘ap-pa’ dan tingkah lucunya itu.
“Anfika, sini!”
“Sini Anfika….”
“Sini sama bibi” keponakanku yang masih SD tapi bongsor itu berhasil memenangkan perhatian Rahma alias Anfika. Memang agak aneh, Anfika sering lengket banget sama keponakanku yang satu itu, bahkan terkadang saat dia disuruh memilih untuk digendong sama emaknya atau sama dia, Anfika memilih dia.
“Pok ipok ame-ame, belalang kupu-kupu”. Sekarang giliran neneknya yang kini berhasil mencuri perhatian Anfika, dalam gendongan bibi favoritnya itu, Anfika melonjak-lonjak, tepuk-tepuk, sambil tersenyum lebar menunjukkan dua buah gigi kelinci pemusnah massal!
***

Anfika; Money, Money, Money


Kenapa?
Teringat iklan dengar nama Anfika?
*hehe itu Afika kali.
Anfika yang ini atau lengkapnya Anfika Rahma Cahyadi keponakanku yang baru berusia sembilan bulan, lagi lucu-lucunya.
        Belum bisa berdiri, baru bisa bilang ‘bap-bap, bem’, dan menggoyang-goyang tangan sambil bilang
‘tatah’ atau ‘ayou’, maksudnya dadah dan halo, dengan senyum lebar menunjukkan giginya yang tidak
rata.
        Badannya montok, senyumnya menawan, lirikan matanya aduhai, lho? Ya seperti itulah. Sayang rambutnya ‘jabrik’, sampe kalo emaknya lupa makein anting orang-orang yang melihatnya bilang ‘kasep amat’ (ganteng banget; Sunda Banten kalo Sunda Bandung kasep pingsan eh pisan, hehe).