Wednesday, September 4, 2013

Tema 2 : Dia


Dia?
           Tak butuh waktu lama bagiku untuk bisa dekat dengannya. Senyumku nyaris menyerangnya bertubi-tubi kapan saja kami bertemu. Dan dia hanya tersipu malu dan tak punya alasan untuk tak dekat denganku, sang Ketua OSIS yang terkenal kemana-mana karena ‘keramahannya’.
            Aku tak pernah nyaman dipanggil playboy tapi aku tak berusaha menyangkal karena toh aku gak merasa. Tapi aku bisa dengan mudah dekat dengan siapa saja, terutama kaum hawa. Dan tanpa sadar banyak diantara mereka banyak yang salah mengartikan arti pendekatanku. Bukan salah mereka kalau tiba-tiba merasakan perasaan yang berbeda ketika diperhatikan olehku. Bukan salahku juga membuat mereka menanam berjuta harapan yang ternyata akan berujung semu.

            Aku hanya ingin dekat dengan semua wanita. Aku mencari dia.
            “Masuk aja kak, jangan sungkan” Seorang adik kelas yang manis tiba-tiba saja muncul di hadapan alam sadarku. Ahya, aku tadi diajak mampir ke rumahnya, dan aku tak rela menolak ajakan gadis pemilik mata dia itu. Sepanjang perjalanan ke rumahnya dengan angkutan umum tadi, dia cerita banyak, tentang keluarganya, kehidupannya, tipe cowoknya, yang katanya mirip-mirip dengan yang ada pada diriku. Eh, kalau gak salah, tadi dia nembak aku secara gak langsung ya?
            Sebuah lagu tiba-tiba terdengar nyaring, rupanya dari HP gadis manis itu. Aku termenung sesaat, lagu itu, lagi dia, bagaimana mungkin gadis ini memiliki banyak kesamaan dengan dia termasuk selera musik dan terutama mata itu.
            Tepat sekali, alasanku mendekati banyak wanita karena aku mencari dia yang menghilang begitu saja dari kehidupanku. Dia yang memberikan pemahaman hidup yang berbeda, dia yang memberi warna yang berbeda.
            “Silahkan duduk dulu kak, aku ambilkan minum dulu ya”
            Entah, entah memang dunia punya seribu keajaiban, tapi sebelum aku menjawab perkataan gadis itu dengan basa-basi ujung mataku menangkap sebuah lukisan yang dari tanda tangannya sangat kukenali.
            Seketika muncul gelombang perasaan yang tidak biasa, menyerbu dari segala penjuru, takut, penasaran, berdebar. Tuhan! Ini benar-benar tanda tanganku!
            Jadi, siapa gadis itu? Dia jelas muncul dengan latar belakang kehidupan yang berbeda, dan jelas usianya lebih muda. Sebuah foto terpajang rapi, foto yang manis. Tapi membuat hatiku teriris.
            Dia?
            “Maaf kak, aku baru bilang sekarang, kakak yang ada dalam foto itu sebelum meninggal sempat menitipkan foto dan lukisan itu untuk aku simpan dan kutunjukkan kepada kakak. Dia meminta maaf..”
            Sebelum aku tuntas mendengar penjelasan yang sama sekali tak kuduga itu, sebelum aku bertanya-tanya lebih lanjut apa hubungan si gadis ini dengan dia yang setahuku hidup sebatang kara di kota ini mataku kabur, memburam, hitam. Dan aku menangkap senyum dia sebelum aku tak mengingat apa-apa lagi saat itu.


No comments:

Post a Comment