Kyaaa! Kapan sih di kota ini bisa
serba cepat? Sekalinya gak macet malah susah banget dapetin angkutan umum. Mana
satu jam lagi masuk kerja, padahal masih harus dua kali lagi naik angkutan
umum.
Aku
masih ngedumel dalam hati ketika seorang perempuan melangkah dengan anggun dari
dalam busway dari arah barusan aku turun juga. Aku tak terlalu memperhatikan,
tidak tertarik. Jam tangan dan pintu halte busway sebelah kiri lebih seksi
untuk kupletoptin saat ini. Kuraba HP, berharap ada SMS atau apalah sekedar
penghilang setress, sial, disaat dibutuhkan tak ada satupun. Kulirik bukuku,
tapi baru saja membaca satu kalimat teringat wajah bos yang akan murka apabila
aku terlambat. Damn!
Dan
seperti mendapat durian runtuh ketika kulihat sebuah busway merapat dengan
menyebutkan tujuan yang kudamba-damba. Tanpa tedeng aling-aling kurampas buku
yang sempat ku jatuhkan karena terkejut saking senangnya tadi, saat seseorang
tiba-tiba menghambat langkahku. Perempuan tadi.
“Eh,
maaf”
Aku
masih tak berselera berbasa-basi, segera kuambil lagi bukuku yang lagi-lagi
jatuh, berderap cepat ke arah pintu masuk busway, dan tak kusangka si perempuan
itu mengikutiku. Ah, kebenaran saja tujuan kami sama, pikirku. Di dalam busway
aku mencari tempat paling ujung, perjalanan masih jauh. Aneh si perempuan tadi
seolah ingin menghampiriku tapi urung karena tempatku berdiri saat ini penuh
dengan kerumunan laki-laki.
Aku
hampir bersorak gembira, ketika busway akan merapat di stasiun akhir aku menyaksikan
angkutan umum lanjutan yang akan berangkat, berarti aku tak usah menunggu lama.
Segera ku loncat dari halte busway. Dan Gosh! Ada apa dengan perempuan itu, dia
masih mengikutiku.
Aku
pun berjalan makin cepat, dia mengejar, aku masuk angkot, dia menahan sopir
menekan pedal gas. Pikiran gilaku berkhayal kalau tiba-tiba si perempuan itu
berubah jadi agen CIA lalu menodongkan pistol ke arahku dan menyuruku ikut
bersamanya entah karena kasus apa.
Aku
menunggu dengan berdebar. Dan setengah terbata, si perempuan itu berkata.
“Maaf,
buku yang mas bawa itu, itu punya saya, yang punya mas yang ini, ketukar”
Aku
bengong, bukan karena fakta yang menggelikan tadi, tapi entah karena apa,
senyumnya yang baru kali itu kusimak dengan cermat bernyanyi di hatiku.
Sebuah
pesan singkat masuk ke HP ku.
“Kamu
hari ini tukar shift ke shift malam ya”
Di situasi lain, mungkin aku akan
mangkel setengah mati mendengar kabar mendadak pertukaran shift padahal aku
sudah setengah mati untuk datang tepat waktu. Tapi God, perasaan berdesir ini,
membuat kabar itu seperti angin surga yang tanpa sengaja menerpa tubuhku,
wangi, lemut dan merdu.
No comments:
Post a Comment