Monday, October 15, 2012

Anfika; Money, Money, Money


Kenapa?
Teringat iklan dengar nama Anfika?
*hehe itu Afika kali.
Anfika yang ini atau lengkapnya Anfika Rahma Cahyadi keponakanku yang baru berusia sembilan bulan, lagi lucu-lucunya.
        Belum bisa berdiri, baru bisa bilang ‘bap-bap, bem’, dan menggoyang-goyang tangan sambil bilang
‘tatah’ atau ‘ayou’, maksudnya dadah dan halo, dengan senyum lebar menunjukkan giginya yang tidak
rata.
        Badannya montok, senyumnya menawan, lirikan matanya aduhai, lho? Ya seperti itulah. Sayang rambutnya ‘jabrik’, sampe kalo emaknya lupa makein anting orang-orang yang melihatnya bilang ‘kasep amat’ (ganteng banget; Sunda Banten kalo Sunda Bandung kasep pingsan eh pisan, hehe).
Anfika lagi hobi makan, dikasih makan apa aja mau, asal manusiawi
untuk seumuran dia. Dan hobinya yang lain akhir-akhir ini tuh meraih benda apa saja yang ada di dekatnya untuk kemudian dilempar dengan wajah tanpa dosa lalu benda itu diambil lagi dan mengulanginya lagi dan lagi. Tapi ekspresi wajahnya yang menunjukkan hal itu seolah-olah permainan terasyik di dunia; mata melotot, seringai lebar, meloncat-loncat dan bilang ‘bap-bap bem’, ekspresi yang sama berlaku saat minta digendong atau lagi dinyanyiin lagu sambil tepuk-tepuk.
Anfika paling excited kalau dikasih HP, walau akhirnya digigit-gigit lalu dilempar juga. Dan selalu girang kalau dinaikkan keatas sepeda motor, meloncat-loncat dan bilang ‘bap-bap, bem’.
Cuman aneh, dia seperti punya ketergantungan khusus dengan cermin, setiap kali didekatkan dengan cermin, pasti cermin itu dipegangnya erat-erat, dipelototinnya dan dicium-cium sambil bilang ‘bwuahhh’ dengan suara lembut lalu ketawa-tawa lalu mengulanginya lagi. Entah karena diam-diam dia memendam bakat narsis atau memang murni tertarik, yang jelas Anfika melakukannya dengan penuh perhatian.
Lucu ya?  Tapi bukan itu yang ingin kuceritakan! :P
Bukan juga ingin menceritakan tingkahnya yang selalu ingin ikut nimbrung atau merajuk kalau
melihat kopi atau teh manis yang sedang dinikmati siapapun sampai kopi atau teh itu berhasil diseruputnya.
Ada satu kejadian yang mengherankan. Normalnya bayi itu kalau mau belajar berdiri biasanya
merangkak dulu, dan merangkaknya ke arah depan. Tapi dia lain, entah karena otaknya error memerintahkan kedua kakinya atau emang iseng, setiap merangkak dia pasti mundur, walau dengan ekspresi riang dan nyanyian ‘bap-bap, bem’.
        Suatu saat aku iseng mengiming-iminginya dengan uang kertas 10 ribuan, karena benda-benda
yang kusodorkan padanya sudah habis dibuang dan susah dijangkaunya.
Ajib!
Dia dengan excited mulai merangkak .... ke arah depan! Sesuatu yang belum pernah dilakukannya!
Dengan mata fokus pada objek itu dan tersenyum penuh arti. Dan nafas lucu berbunyi ‘heh, heh, heh’.
        Aku iseng menjauhkan uang itu, tapi Anfika, dia tetap merangkak malah lebih cepat walau sudah
terjatuh berkali-kali.
Jeng-jeng!
Dia akhirnya berhasil mendapatkannya dan yang mungkin tak dia sadari dia berhasil merangkak ke
depan!
Lalu? Apa yang dilakukannya dengan uang itu?
Tidak seperti benda lain yang langsung dibuangnya, uang itu diremas-remasnya, diacung-acungkan
lalu didekatkan ke mulut. Aku segera mengambil uang itu sebelum berhasil digigitnya. Lalu menaruh
uang itu lagi agak jauh dari dia, dan dia, mulai merangkak lagi.
Aku jauhkan uang itu lagi.
Dia kembali merangkak  setelah tersenyum-senyum penuh pertimbangan.
Aku jauhkan lagi.
Dia melirik padaku dengan ekspresi seolah-olah berkata ‘jangan macam-macam dengan uangku’.
Haha. Aku menyerah, kubiarkan uang itu diraihnya kembali, dan menatapnya dengan ekspresi takjub dan neneknya yang memperhatikan kejadian itu dari tadi hanya bisa menggelang-geleng. Lalu Anfika
diangkatnya, diterbangkan ke udara, diciumi, walau Anfika masih fokus dengan uang tadi.
SELESAI
Baitul Hamdi, Februari 23th 2012

No comments:

Post a Comment