Wednesday, June 12, 2013

Nyawaku Sign Out !



Set dah ! Bukan, ini bukan cerita horor dimana aku yang sudah mati tiba-tiba memposting cerita ini karena masih penasaran untuk meminta para pembaca melakukan hal-hal yang belum selesai kulakukan sebelum aku mati.
Bukan ! Aku gak sedang mau cerita kalo aku pernah mati suri kemudian hidup lagi dan menceritakan pengalaman waktu mati suri itu.
Ini jelas pengalaman serem. Tapi bukan serem yang seperti itu.
OK. Kita mulai saja ceritanya.
Di suatu siang yang terik, dua orang anak manusia terlihat berlarian melintasi jalan raya, motor, mobil, gedung-gedung angkuh, dan kerumunan orang yang terlihat tidak peduli. Lalu tiba-tiba, Jeger !

Aku gelagapan. Kerepotan menjaga keseimbangan tubuh. Hampir saja aku menubruk dua orang penumpang busway yang duduk di depan.
Entah karena nyawaku belum kumpul semua atau memang tak peduli, aku tak merasa harus berbasa-basi meminta maaf kepada dua orang di depan yang kadang-kadang tidur-tidur ayam. Lha, orang aku gak merugikan mereka koq. Justru mereka yang seharusnya meminta maaf padaku karena membiarakanku terlalu lama berdiri lalu memberikan tempat duduknya padaku.
Tiba-tiba sekelebat bayangan hitam muncul di hadapankuu. Entah bentuk persisnya seperti apa aku tak sempat memastikan. Dan aku tak habis pikir kenapa tiba-tiba aku mengejarnya. Dan aku kembali tersadarkan saat untuk ke sekian kali gelendotan di pegangan busway. Disaksikan tawa tertahan para penumpang busway.
Aku belum ngeh sepenuhnya apa yang terjadi sampai aku tiba-tiba kembali merasa dibuat pusing oleh beberapa cuplikan kejadian yang berkelebatan dengan cepat di kepalaku.
“Hhh, hhh…!” Kali ini aku gelagapan lebih keras hingga mengeluarkan suara. Gawat. Aku benar-benar ngantuk. Sampe tak peduli orang lain menertawakanku lewat sorot mata mereka. Aku harus segera cari penyelamatan. Ya, aku sadar sekarang, aku sedang berada di busway, dalam perjalanan pulang dari sebuah acara organisasi di luar kota. Dan karena materi yang padat serta penyakit insomniaku yang tak pernah rela hengkang dariku tentu saja aku kurang tidur. Ditambah akhir-akhir ini makin banyak hal yang mau tak mau harus kupikirkan, jadi aku harus rela saat dalam tidurpun aku dipaksa berpikir.
Mumpung kesadaranku cukup pulih aku segera beringsut ke pintu busway yang kuduga tidak akan terbuka untuk beberapa saat karena beberapa halte ke depan berada di pinggir pintu sebelahnya.
Dan dalam kondisi setengah sadar aku bersyukur karena busway tahu-tahu sudah menepi di koridor paling ujung. Aku harus segera turun. Menyambung dengan bus antar kota.
Ini gawat. Meski aku sedang bersama teman-temanku, tapi bisa saja berbahaya. Berkali kali beberapa hari belakangan ini aku tertidur beberapa menit, entah itu di antara materi pelatihan, duduk mengikuti seminar, apalagi di kursi bus atau angkutan umum.
Entah ini harus kusyukuri atau sebaliknya, fakta bahwa aku lebih gampang tertidur di dalam angkutan umum dibandingkan di sebuah kamar paling nyaman sekalipun. Mungkin inilah alasan mengapa aku selalu senang jika bepergian kemana-mana. Aku bisa tidur nyenyak. Entah itu di dalam bus maupun di tempat istirahat sementara di tempat orang lain.
Sudahlah, kuputuskan saja untuk mensyukuri nikmat ini. Walaupun pernah beberapa kali karena sering tertidur di dalam mobil aku bablas dari tujuan pemberhentianku, tetapi lebih sering aku terbangun pas saat bus atau angkot itu bebarapa meter lagi akan sampai di tempat tujuanku.
Lebih dari semuanya, mungkin benar saat tidur kita seperti orang meninggal. Aku pun merasa saat tidur ku di tempat paling nyaman di dunia bagiku itu aku merasa nyawaku sign out sejenak dan ketika bangun aku merasa menjadi orang lain, entah reinkarnasi dari siapa.
Aku hanya berharap jika nyawaku tak pernah sign out sebelum aku siap, meskipun  aku tak pernah sign in di saat yang aku minta, tepatnya aku tak ingat itu.
Masih banyak hal yang ingin aku pelajari, banyak tempat yang belum dan ingin aku jamahi, banyak kebaikan yang belum aku lakukan, banyak…
Dug !
“Aduh” aku meringis sambil mengelus-ngelus kening sebelah kiri. Barusan ternyata aku tertidur lelap di bus sampai aku membentur jendela kaca di sebelahku.
Sial.
Beberapa di antara kalian yang membaca postingan ini dengan baik mungkin bertanya-tanya; “Lalu dimana letak seremnya?”.
Lalu keluar dengan geram dari postingan ini dengan gerutuan sebal karena merasa tertipu. Sambil menggebrak keyboard, melempar mouse lalu meninju monitor. Ya, ya, tentu saja aku berlebihan.
Bagiku, kenapa  aku bilang ini serem lalu gak bisa menjelaskannya, sama kenapa aku bisa lebih gampang tidur di perjalanan tanpa bisa menjelaskannya. Sama seperti kenapa aku merasa lebih hidup dalam mimpi, lalu seperti mimpi dalam kehidupan nyata.
Aku tak bisa menjelaskannya, hanya bisa merasakannya.
Kupikir sesuatu yang disampaikan dari hati akan sampai ke hati juga, meskipun aku mengetik postingan ini antara sadar dan tidak.
:P
Sudahlah, sekian saja. Sampai ketemu di postingan lain yang mudah-mudahan lebih berbobot.
#Kabur.
CU.
:)

image by :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieez58FhZFozSKX40KWEGaixqATodNdLzCWX4mMs5-Xg3E0Z2-zaOMy43uEQ_Wz6T_pTtN75qUSmx-te5yI45aHQRbjx7WIbBVozMZyvPjaAcA1Ls9COSUsofFO8ohaLmGopcrElPdU4g4/s1600/IMG_2692.JPG


2 comments: