Set dah ! Bukan, ini bukan cerita
horor dimana aku yang sudah mati tiba-tiba memposting cerita ini karena masih penasaran
untuk meminta para pembaca melakukan hal-hal yang belum selesai kulakukan
sebelum aku mati.
Bukan ! Aku gak sedang mau cerita
kalo aku pernah mati suri kemudian hidup lagi dan menceritakan pengalaman waktu
mati suri itu.
Ini jelas pengalaman serem. Tapi
bukan serem yang seperti itu.
OK. Kita mulai saja ceritanya.
Di suatu siang yang terik, dua
orang anak manusia terlihat berlarian melintasi jalan raya, motor, mobil,
gedung-gedung angkuh, dan kerumunan orang yang terlihat tidak peduli. Lalu
tiba-tiba, Jeger !
Aku gelagapan. Kerepotan menjaga
keseimbangan tubuh. Hampir saja aku menubruk dua orang penumpang busway yang duduk
di depan.
Entah karena nyawaku belum kumpul
semua atau memang tak peduli, aku tak merasa harus berbasa-basi meminta maaf
kepada dua orang di depan yang kadang-kadang tidur-tidur ayam. Lha, orang aku
gak merugikan mereka koq. Justru mereka yang seharusnya meminta maaf padaku
karena membiarakanku terlalu lama berdiri lalu memberikan tempat duduknya
padaku.
Tiba-tiba sekelebat bayangan hitam
muncul di hadapankuu. Entah bentuk persisnya seperti apa aku tak sempat memastikan.
Dan aku tak habis pikir kenapa tiba-tiba aku mengejarnya. Dan aku kembali tersadarkan
saat untuk ke sekian kali gelendotan di pegangan busway. Disaksikan tawa
tertahan para penumpang busway.
Aku belum ngeh sepenuhnya apa
yang terjadi sampai aku tiba-tiba kembali merasa dibuat pusing oleh beberapa
cuplikan kejadian yang berkelebatan dengan cepat di kepalaku.
“Hhh, hhh…!” Kali ini aku gelagapan
lebih keras hingga mengeluarkan suara. Gawat. Aku benar-benar ngantuk. Sampe
tak peduli orang lain menertawakanku lewat sorot mata mereka. Aku harus segera
cari penyelamatan. Ya, aku sadar sekarang, aku sedang berada di busway, dalam
perjalanan pulang dari sebuah acara organisasi di luar kota. Dan karena materi
yang padat serta penyakit insomniaku yang tak pernah rela hengkang dariku tentu
saja aku kurang tidur. Ditambah akhir-akhir ini makin banyak hal yang mau tak
mau harus kupikirkan, jadi aku harus rela saat dalam tidurpun aku dipaksa
berpikir.
Mumpung kesadaranku cukup pulih
aku segera beringsut ke pintu busway yang kuduga tidak akan terbuka untuk beberapa
saat karena beberapa halte ke depan berada di pinggir pintu sebelahnya.
Dan dalam kondisi setengah sadar
aku bersyukur karena busway tahu-tahu sudah menepi di koridor paling ujung. Aku
harus segera turun. Menyambung dengan bus antar kota.
Ini gawat. Meski aku sedang
bersama teman-temanku, tapi bisa saja berbahaya. Berkali kali beberapa hari
belakangan ini aku tertidur beberapa menit, entah itu di antara materi
pelatihan, duduk mengikuti seminar, apalagi di kursi bus atau angkutan umum.
Entah ini harus kusyukuri atau
sebaliknya, fakta bahwa aku lebih gampang tertidur di dalam angkutan umum
dibandingkan di sebuah kamar paling nyaman sekalipun. Mungkin inilah alasan
mengapa aku selalu senang jika bepergian kemana-mana. Aku bisa tidur nyenyak.
Entah itu di dalam bus maupun di tempat istirahat sementara di tempat orang
lain.
Sudahlah, kuputuskan saja untuk
mensyukuri nikmat ini. Walaupun pernah beberapa kali karena sering tertidur di
dalam mobil aku bablas dari tujuan pemberhentianku, tetapi lebih sering aku
terbangun pas saat bus atau angkot itu bebarapa meter lagi akan sampai di tempat
tujuanku.
Lebih dari semuanya, mungkin
benar saat tidur kita seperti orang meninggal. Aku pun merasa saat tidur ku di tempat
paling nyaman di dunia bagiku itu aku merasa nyawaku sign out sejenak
dan ketika bangun aku merasa menjadi orang lain, entah reinkarnasi dari siapa.
Aku hanya berharap jika nyawaku
tak pernah sign out sebelum aku siap, meskipun aku tak pernah sign in di saat yang
aku minta, tepatnya aku tak ingat itu.
Masih banyak hal yang ingin aku
pelajari, banyak tempat yang belum dan ingin aku jamahi, banyak kebaikan yang
belum aku lakukan, banyak…
Dug !
“Aduh” aku meringis sambil
mengelus-ngelus kening sebelah kiri. Barusan ternyata aku tertidur lelap di bus
sampai aku membentur jendela kaca di sebelahku.
Sial.
Beberapa di antara kalian yang
membaca postingan ini dengan baik mungkin bertanya-tanya; “Lalu dimana letak
seremnya?”.
Lalu keluar dengan geram dari
postingan ini dengan gerutuan sebal karena merasa tertipu. Sambil menggebrak
keyboard, melempar mouse lalu meninju monitor. Ya, ya, tentu saja aku
berlebihan.
Bagiku, kenapa aku bilang ini serem lalu gak bisa
menjelaskannya, sama kenapa aku bisa lebih gampang tidur di perjalanan tanpa bisa
menjelaskannya. Sama seperti kenapa aku merasa lebih hidup dalam mimpi, lalu seperti
mimpi dalam kehidupan nyata.
Aku tak bisa menjelaskannya,
hanya bisa merasakannya.
Kupikir sesuatu yang disampaikan
dari hati akan sampai ke hati juga, meskipun aku mengetik postingan ini antara
sadar dan tidak.
:P
Sudahlah, sekian saja. Sampai
ketemu di postingan lain yang mudah-mudahan lebih berbobot.
#Kabur.
CU.
:)
image by :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieez58FhZFozSKX40KWEGaixqATodNdLzCWX4mMs5-Xg3E0Z2-zaOMy43uEQ_Wz6T_pTtN75qUSmx-te5yI45aHQRbjx7WIbBVozMZyvPjaAcA1Ls9COSUsofFO8ohaLmGopcrElPdU4g4/s1600/IMG_2692.JPG
Pengalamannya mirip :)
ReplyDeletecerita-cerita dong.
ReplyDelete:D