Suatu sore di halte busway aku
terburu untuk segera masuk antrian demi bisa naik sebuah armada busway yang
sudah terlihat di kejauhan.
“Mas, mas, antrian pria di sebelah
sana!” seorang perempuan menegurku. Dan aku malah bengong alih-alih bilang terimakasih karena sudah
mengingatkankanku, pertama untuk betapa pelupanya aku bahwa sudah lama menjadi
aturan bahwa tempat duduk busway di bagian depan adalah tempat duduk perempuan.
Kedua, di antrian belakang ‘khusus lelaki’ itu banyak perempuan juga yang
sedang mengantri. Kenapa tidak ada yang mengingatkan mereka untuk mengantri di
jalur yang benar?
Beberapa hari kemudian, aku dengan
santai kembali sedang antri naik busway, kali ini ‘di jalur yang benar’. Aku
tenang saja menunggu meskipun sudah sepuluh menit busway yang kutunggui tak
juga datang, karena hari itu cuaca lumayan adem, dan aku sedang memgang buku
lucu yang baru saja ku beli. Tiba-tiba saja di sebelahku muncul seorang
perempuan yang dengan cueknya antri di antrian ‘khusus pria’.
Aku dengan sopan mengingatkan “Mbak,
antrian peremuan di sebelah sana”.
Dengan cuek perempuan itu menjawab “Gak
apa-apa, saya pengennya ngantri disini”.
Hadegh!
What the *** !
Gimana jadinya coba kalau aku
kemarin yang bilang gitu pas waktu ditegur, yang ada perempuan yang negur aku
itu pasti nyolot.
AKu masih termenung saat aku menaiki
busway dan seketika mataku menangkap tulisan “Antrian Khusus Wanita. Saatnya
Wanita Menjadi yang Utama”, di bagian pembatas tempat duduk khusus perempuan eh
wanita itu dengan embel-embel sebuah nama merk suatu produk dan nama surat kabar ternama
nasional sebagai sponsor.
Sebetulnya bukan baru kali itu aku melihat tulisan itu.
Tapi tulisan itu mengingatkanku akan hal
lain. Suatu saat aku tertawa dalam hati (bisa dibayangkan?) saat seorang
bapak-bapak bengong melihat kereta KRL melintas dengan tulisan “Kereta Khusus
Perempuan” di salah satu gerbongnya. Sepintas tulisan itu seolah-olah
mengesankan bahwa seluruh penumpang itu hanya dihuni perempuan seperti yang
digumamkan bapak-bapak yang tadi ku bilang bikin aku ketawa dalam hati).
Jadi apa maksudnya?
OK readers, sebelumnya aku mohon
maaf jika judul tulisanku terkesan provokatif. Tak kurang tak lebih, dalam
rangka hari ibu ini aku hanya ingin membuat tulisan tentang perempuan. Tapi
terlalu berat kalau dari kaca mata agama atau kacamata aktivis feminisme, jadi
mending aku pake kacamata tiga dimensi saja. I mean, aku hanya ingin
mengungkapkan apa yang kutangkap, kucerna dan kujadikan hipotesa.
Jadi, bahwa sejauh ini yang namanya
kesetaraan gender bukan hal yang asing lagi bukan? Lalu kenapa masih saja dimana-mana
tema itu digaung-gaungkan seolah-olah perempuan selalu dalam keadaan tertindas.
Perempuan
jadi pemimpin sudah jamak, kenapa masih saja perempuan memerlukan ‘ruang khusus’
seolah-olah perempuan itu makhluk spesial yang susah dipahami.
Dan sepertinya harus
sampai disini dulu kicauanku kawan, aku menunggu komentar all readers terutama
kaum yang sedang kita bicarakan ini) untuk bisa melanjutkan hipotesaku sabelum
sampai pada kesimpulan.
OK
readers, I wait u’r comments…
to be continued..
Photo: dok. pribadi
perempuan teruslah beremansipasi! :p
ReplyDeletekasih alasan dong...
ReplyDeleteGw bingung mao komentar apaan,, heuheu
ReplyDeletedasar, katanya perempuan...
ReplyDeletekarena emansipasi yang aku fahami adalah, 'keluar dari rumah' tanpa meninggalkan 'pekerjaan rumah', dan 'berbuat' sesuatu 'di luar rumah'..
ReplyDeletecontohnya?
ReplyDeletebukan emansipasi yang jadi masalah, toh kalian sudah mengklaim wanita sebagai mahluk 'sulit', yah jangan membuat hidup kami tambah sulit :) Anggap saja wanita yang rela mengantri di antrian laki2 sudah paham akan konsekuensinya, dan begitupun dengan pria yg mengantri di antrian wanita, sudah siap menahan mata dan tanggannya untuk tidak usil melecehkan kami.
ReplyDeletePelecehan di busway mungkin terdengar sepele, hanya di colek, hanya di remas. Tapi efeknya bisa berbulan2, bahkan bertahun-tahun :) Lebih mengenaskan apabila sudah dilecehkan lalu menjadi tontonan orang2 yg sama sekali tidak membantu. kasihan yah kami :(
Salam : ayo dong keluarin opini anda pak profesor, anda kan ahli dalam bidang beginian :P
ReplyDeleteTaco : Sebelumnya saya ucapkan terimakasih atas komentarnya. Terutama karena komentar Anda sangat mengena. Saya sangat sepakat bahwa perempuan tak perlu gembar-gembor tentang konsep emansipasi, karena mau disama2in kaya gimana juga perempuan tetapa beda fitrahnya dg laki2. Yang terpenting tadi itu, bagaimana caranya seorang perempuan bisa menempatkan dirinya sbg seorang perempuan, tanpa harus merasa dibatasi, melainkan dg mengacu pd norma2 yg ada.
ReplyDeletePS : Saya harap perempuan dg pemikiran seperti Anda tak cuma satu :)