Tersebutlah suatu ketika di suatu
tempat di ujung pulau Jawa manusia-manusia bernama hampir sama; Cholis, Cholil,
Cholid. Tapi, ketiganya ini beda nasib.
Ehm, ehm.. ! (Betulin kerah, pura-pura cuek diperhatikan
objek yang mulai jutek)
Ketiga orang itu (ngelirik mereka lagi sebentar, lanjutin sok
cuek)
Ketiga orang itu sebenarnya .. (haduh, ya deh, ya deh… aku minta maaf dulu
sama kalian, tulisan ini just for fun aja koq, peace… J )
Ketiga orang ini sebenarnya
saudara kembar (demi ketertiban dunia, aq
pilih jalur dongeng aja deh, saking pengennya bikin artikel tentang ini ! ).
Entah terinspirasi dari mana,
kenapa orang tua mereka menamai anaknya dengan nama yang menyerempet-nyerempet
cabul ini (seberapa cabulnya tergantung seberapa ngeresnya pikiran kalian, :P )
Ternyata eh ternyata , setelah ditelusuri,
bukan karena mereka sama-sama suka col….. colenak (nama makanan :P ), tapi itu
adalah nama asli pemberian bapaknya yang blasteran tentara Amerika imigran Esthonia
dan Madura berdarah campuran Sunda dan Cihua-hua, terinspirasi saat pertama
kali melihat mereka lahir dari perut sang ibunda yang rutin melahirkan kembar
tiga setahun lima kali, mengalahkan rekor kucing paling produktif sedunia.
Sang ayah memang orangnya suka
spontan, karena acara ini dipandu Komeng yang sering gokil, halah. I mean, si ayah memang orangnya suka
sesuatu yang serba instan, seperti mie, hotdog, friench fries…. Hehehe. OK, OK,
kembali ke alur!
Si ayah ini kaget saat pertama
kali melihat mereka lahir, karena bayi kembar tiga ini sangat berbeda, bukan
hanya karena bentuk fisiknya, tapi ketiganya ini lahir dengan atribut
masing-masing. Yang pertama, lahir dengan memakai kacamata, bermuka agak
serius, dan seneng mikir, sampai-sampai saat mau netek pun dia mikir dulu, maka
dia pun dinamakan Colis, singkatan dari Cowok penulis karena itulah yang ada di
benak sang ayah saat melihat putera kembar tiganya yang lahir pertama ini.
Bayi kedua terlahir dengan memakai
peci, sorban, lengkap dengan tasbih, dan mulutnya tak henti-hentinya bergumam
seolah sedang berdzikir, kalo si Cholis sedikit-sedikit mikir, yang ini
sedikit-sedikit dzikir, maka tanpa pikir panjang sang ayah menamainya Colil
akronim dari Cowok Pedalil (tukang berdalil, maksudnya ustadz, he). Alangkah
bangga sang ayah dengan anak-anak kembarnya tersebut. Sampai-sampai gak ngeh
kalo sang bunda sedang berusaha mengeluarkan anak terakhir dari perutnya.
Saat itulah, saat sang ayah
sedang menimang kedua anak kembarnya yang agak tak lazim itu si ayah tiba-tiba
dipecut seseorang dari belakang! Alangkah terkejutnya sang ayah saat melihat
siapa gerangan yang memecut itu. Iyyyyyya! Ternyata benar, yang memecutnya
adalah anak kembar terakhirnya, terlahir dengan badan lebih hitam terbakar,
lebih kekar, muka sangar dan lapar, kurang pintar, seperti bernafsu untuk
selalu bikin onar, dengan pecut di tangan yang siap membuat bunyi cetar
menggelegar. Maka, setelah sedikit bingung memikirkan nama bayi terakhir ini
akhirnya sang ayah menamainya Colid, Cowok Penjilid (terinspirasi dari tukang
jilid/ cambuk sebagi hukuman bagi pelaku pelanggaran di beberapa daerah).
Karena takut terkena pecutnya,
sang ayahpun mulai menimang-nimangnya juga. Sambil memanggil-manggil nama-nama
bayinya bergantian, sang ayah melempar-lemparkan ketiganya bergantian seperti seorang
badut hiburan memainkan bola. Saking semangatnya, sang ayah tak sadar jika
mengucapkan nama ketiganya dengan logat bulenya yang medok.
Iyyyyya! Anda benar, ketiga bayi
itu awalnya bernama Colis, Colil dan Colid, tapi karena logat bulenya, maka
jadilah terdengar Cholis, Cholil dan Cholid.
Sang ibu tentu akan setuju-setuju
saja dengan usulan nama sang ayah. Tapi melihat anaknya diperlakukan tidak
bayiawi, sang ibu pun pingsan disamping karena kelelahan setelah berjuang
melahirkan ketiga putranya yang tak lazim itu. Tapi sebelum pingsan dia sempat
mendengar ayahnya terus memanggil Cholis, Cholil dan Cholid… dan itu kembali
mengingatkannya kepada anaknya yang diputar-putar suaminya, hingga dalam
pingsannya dia kembali pingsan!
Sang ayah bingung bagaimana cara
untuk membuat istrinya siuman (pake s ya, hehe). Dia berpikir, bahwa biasanya
ikatan bathin antara ibu dan anak begitu kuat, berarti dia harus meminta
bantuan ketiga anaknya yang tak lazim itu. Tapi di sisi lain dia dilema, karena
untuk meminta bantuan anaknya itu dia harus memanggil nama anak-anaknya,
sedangkan istrinya pasti akan pingsan dalam pingsannya yang kedua jika mendengar
itu.
Hmm, sang ayah pun mulai galau,
tapi setelah melihat ketiga wajah puternya itu, dia akhirnya terinspirasi
sesuatu. Ya, dia menemukan solusi!
Kira-kira seperti apa solusi sang
ayah?
Akankah sang istri siuman?
Dan seperti apa kelanjutan nasib
3 Macho ini?
Kita simak di episode
selanjutnya!
To be continued :)
Jangan lewatkan juga serial
Istigfar (Istri-istri Tiga Orang Bernama Far…)
Coming soon, hanya di blog ini !
Don’t Miss it !
Tuesday night, Januari 15th at Pandeglang.
Photo by: https://encrypted-tbn1.gstatic.com
No comments:
Post a Comment